Jumat, 23 Maret 2012

Melewati Rasa Frustasi

Bagaimana cara untuk menaklukan gunung  tertinggi?, tentu kita harus terlebih dahulu mendakinya hingga puncak kan?.....

Dengan lelah dan lemah orang yang mau disebut 'penakluk' gunung itu tentunya harus berjuang sekuat tenaga untuk bisa sampai ke puncak. Setelah semuanya terlewati dan kaki berpijak pada tempat yang paling tinggi itu tentunya semua beban yang semula dirasa akan hilang. Tapi, pastinya dia tidak akan bermukim disana selamanya kan?. Dia akan kembali menuruni gunung itu dengan perasaan lebih puas karena telah berhasil melewati tantangan ekstrim baginya, meskipun perjalanan untuk turun kembali pun tidak mudah.


Nah..coba kisah si pendaki gunung itu kita terapkan sedikit ke kehidupan kita. Adakalanya perasaan jenuh yang menjalar sebagai syndrom ketidakterimaan akan segala keadaan pernah dialami oleh seseorang. Seolah ia tidak mampu lagi untuk menanggung apalagi mengatasinya. Rasa frustasilah yang kemudian hadir. Seluruh emosi yang ada seolah porak poranda tiada lagi tertata pada tempatnya. Dan, ketika ia telah benar-benar sampai pada titik paling puncaklayaknya si pendaki gunung, ia hanya punya dua sisi sudut pandang, tempat berpijak yang semakin ciut atau justru hamparan yang luas untuk ia bisa melihat semua yang tidak bisa ia lihat sebelumnya. 


Jika kita adalah penganut pilihan yang pertama, sudah pasti rasa frustasi semakin menjadi dan bisa jadi terjun dari atas gunung adalah hal berikutnya yang akan dilakukan.
Sebaliknya, penganut aliran kedua ia justru akan menemukan titik balik dari rasa frustasi yang ia hadapi. Disitulah kemudian ia menjadi sesuatu yang 'nol'. Perlahan, pada akhirnya ia akan menuruni gunung yang telah berhasil ia daki meskipun butuh kemauan dan kehati-hatian dengan hati lapang.

Inti dari sekelumit tulisan diatas adalah bahwa seseorang terkadang perlu melewati hal paling sulit dalam anggapan kesulitannya agar ia mampu melewatinya. Dan kunci saat kita telah berada pada klimaks kesulitan itu adalah mutlak adanya perenungan, positive thinking dan 'legowo'. 


2 komentar:

arif arda ananda mengatakan...

amazing...setiap orang mempunyai zona aman,tinggal kita berani apa tidak untuk mencoba keluar dari zona aman kita

WinWheng mengatakan...

siip..masukan yang baik. Thx mr. arda