Sudah kali kesekian aku
menjalani sesuatu yang penting dalam hidupku tanpa didasari keyakinan.
Bolehkah sekarang aku menentukan untuk menjalani apa yang kuyakini????
Mengapa ini terasa menakutkan ketika keyakinanku bertentangan dengan
keinginan orang yang dengan keyakinanku ini aku ingin bahagiakan
mereka…?
Mengapa saat aku mengambil jalan yang ingin kuyakini aku merasa
begitu sendirian….??. Sebersit ragu beberapa kali berkelebat
dihadapanku, segudang tanya membuncah kerap menggerus
ketidakberdayaanku. Akankah apa yang kuyakini inibisa menjanjikan bukti
kelak?
Ya Tuhan…. kali ini berilah hamba keyakinan yang benar, berilah ujung
yang indah atas keinginan orang-orang yang telah berperan besar dalam
kehidupanku agar terwujud..
Rabu, 20 Juni 2012
Sabtu, 05 Mei 2012
Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu
menangis sangat memilukan selama berjam-jam, sementara si petani tidak
tahu apa yang harus dia lakukan untuk menyelamatkan keledai tersebut.
Segala upaya telah dicoba untuk mengangkat keledai itu dari dalam sumur,
tetapi tidak membuahkan hasil.
Akhirnya setelah berdiskusi dengan
saudaranya diperoleh kesimpulan untuk membiarkan saja keledai itu di
dalam sumur untuk selanjutnya ditimbun. Alasannya, hewan tersebut sudah
tua dan tidak terlalu berguna lagi jika ditolong. Di pihak lain, sumur
itu sendiri juga sebenarnya kurang produktif. Dengan demikian, menutup
sumur bersama dengan keledainya merupakan keputusan yang tepat.
Lalu
ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantu. Mereka datang
dengan membawa sekop, cangkul, dan peralatan lainnya lalu mulai menimbun
tanah kedalam sumur. Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang
sedang terjadi, dia menangis penuh kengerian. Namun, lama kelamaan
semua orang menjadi takjub ketika si keledai menjadi diam dan tidak
berteriak lagi.
Minggu, 29 April 2012
TEMBOK KAMARKU
(Koleksi 06 Febuari 2001)
Detak jam dinding terasa nyaring berbunyi
Kutebar pandang garis menerawang
Putih terbalut cat tipis dinding kamarku
Tiga bercak noda masih nyata disitu.
Aku tlah lalai menjaga keputihannya
Aku tlah lupa menjaga kesuciannya
Kini tembokku tlah bernoda
Tembokku tak lagi putih
Bentengku tak lagi kukuh suci
Batasku kini tiada indah lagi
Kupandang…..
Sesal selalu terbawa kemudian
Tak ada air mata
Tak ada rintihan tangis
Karna aku tak lagi bisa menangis
Aku tak bisa bicara
Diamku melindungi
Tatapku lebih berseribu arti.
Usiaku
saat itu kira-kira 19 tahun. Masih di tahun pertamaku kuliah diluar kota. Pertama kalinya aku
harus menghadapi kehidupan jauh dari rumah dan dari orang-orang terdekat. Jadi,
saat-saat berlibur amat sangat aku rindukan. Aku selalu rindu pada kamarku.
Dimana dulu setiap saat aku habiskan banyak waktu disana untuk membaca atau
membuat cerpen dan puisi.
Suatu
malam saat berada dikamar, aku menemukan cat air sisa pelajaran Seni Rupa saat
SMU. Iseng, aku memainkannya, memencet tube nya…dan akhirnya isi cat air itu memuncrat
ke tembok kamarku. Segera aku membersihkannya dengan kain lap, kubasahi juga
dengan air namun noda itu tetap ada ditembok. Akhirnya setiap kali aku masuk
kamar, aku selalu terganggu dengan bercak-bercak noda itu. Aku menyesal sekali
telah mengotorinya, membuatnya tidak lagi indah dipandang mata.
Pada
akhirnya, noda-noda itu membawaku pada perenungan tentang hidup yang tengah aku
jalani. Tentang konflik batin yang tengah aku alami dalam sebuah rasa kecewa
terhadap diri sendiri. Dari mulai aku tumbuh remaja, aku bukanlah gadis yang
extrovert. Aku cenderung menutup diri dan selalu berhati-hati dalam berbicara
ataupun bertindak. Aku memegang teguh prinsip yang pantang untuk aku langgar.
Namun, pada awal menuju kedewasaanku, aku mulai berontak terhadap
prinsip-prinsip itu. Jiwa remajaku saat itu memberontak, ingin melakukan apa
yang aku mau tanpa harus perduli dengan segala prinsip itu. Dan akhirnya aku
kalah. Aku merasa tidak lagi menjadi orang yang baik.. Aku telah kalah oleh
nafsuku untuk tidak lagi perduli dengan anggapan orang lain. Aku menyesali dengan yang terjadi. Namun
bagaimanapun itu telah menjadi noda pertama dalam hidupku. Keluar dari jalurku.
Dan kugambarkan bahwa meskipun dalam diamku, sesungguhnya aku menyesali semua
itu.
Jumat, 27 April 2012
KEUNGGULAN ILMU
Ali bin Abi Thalib ditanya oleh 10 ulama khawarij “mana yang lebih penting antara ilmu dan kekayaan” dan dijawab dengan 10 jawaban yang berbeda.
- Ilmu lebih penting daripada kekayaan karena ilmu merupakan warisan dari Nabi dan Rasul, sedangkan kekayaan adalah warisan Qorun, Fir’aun dll.
- Ilmu lebih penting daripada kekayaan karena ilmu dapat menjaga pemiliknya sedangkan harta harus dijaga oleh pemiliknya.
- Ilmu lebih penting daripada kekayaan karena ilmu memperbanyak teman dan sekutu sedangkan kekayaan memperbanyak musuh dan lawan.
- Ilmu lebih penting daripada kekayaan karena ilmu jika diberikan (diajarkan) kualitasnya semakin meningkat, sedangkan kekayaan jika dibelanjakan/dikeluarkan akan semakin berkurang dan habis.
- Ilmu lebih penting daripada kekayaan karena orang yang berilmu selalu mendapatkan penghormatan di masyarakat sedangkan yang kaya selalu mendapatkan panggilan yang rendah dan menghinakan.
- Ilmu lebih penting daripada kekayaan karena orang yang berilmu pada hari kebangkitan cepat/lambat menerima bantuan dari ilmu yang diajarkan, sedangkan orang kaya akan disiksa dan akan dimintai pertanggungjawaban dari kekayaannya.
- Ilmu lebih penting daripada kekayaan karena karena ilmu tidak bisa dicuri dari pemiliknya sedangkan harta bisa hilang atau dicuri.
- Ilmu lebih penting daripada kekayaan karena ilmu tidak habis sekalipun tidak ditambah sedang kekayaan [pasti akan habis.
- Ilmu lebih penting daripada kekayaan karena ilmu menyebabkan pemikiran seseorang menjadi tenang dan hati menjadi bercahaya sedang harta seringkali menjadikan pemiliknya bingung dan hatinya menjadi keras.
- Ilmu lebih penting daripada kekayaan karena ilmu membawa keuntungan dalam bentuk ganjaran sedang harta seringkali muncul dari ketidaksepakatan, siksaan dan penganiayaan.
The Power of Words - part 1
Pernah mendengar atau membaca sebuah kutipan tentang dahsyatnya kata-kata?, saya yakin sudah ya... . Dalam kehidupan kita sehari-hari pun kita seringkali menjumpai bahkan mungkin mengalaminya sendiri tentang betapa dahsyatnya kata-kata.
Sejarah telah mengukir nama-nama besar yang masih banyak diingat orang sampai saat ini karena kekuatan kata-katanya. Dalam dunia Islam dikenal salah satunya adalah tokoh pemberani bernama Thariq bin Ziyad. Pada saat itu ia mendapatkan perintah dari Musa bin Nushair, gubernur Afrika Utara untuk membebaskan wilayah Andalusia yang pada saat itu berada dalam kekuasaan Visigoth.
Di gunung yang sekarang bernama Jabal Musa, Musa bin Nushair membuka perkampungan yang dipakai Thariq untuk mengamati, merencanakan serta mempersiapkan segala sesuatu sebelum menyeberangi selat Gibraltar. Gibraltar berasal dari kata Jabal Thariq ( Gunung Thariq ).
Dengan tujuh ribu prajurit Thariq mendarat di Gibraltar. Ia dan pasukannya dihadapkan dengan 100.ooo pasukan Visigoth. Prajurit merasa gentar dengan jumlah pasukan yang tidak seimbang. Namun Thariq yang cerdas dan pemberani kemudian membakar seluruh kapal yang ia gunakan dengan ketujuh ribu pasukannya untuk menyeberangi selat. Kemudian ia mulai membangun mental pasukannya melalui pidatonya yang terkenal :
" Hai..prajuritku, didepan ada pasukan yang siap menyerang kita, dibelakang ada lautan. Apabila kau lari kebelakang akan tenggelam dan mati sia-sia. Tapi apabila kau maju dan mati, kau akan mati syahid, mati dijalan Allah. Tapi bila kau menang maka akan tercatat dalam sejarah dan akan dimuliakanoleh Allah SWT. Majulah wahai pasukanku yang gagah berani ! "
Semangat pasukanpun naik seketika. Semua siap untuk mati syahid. Dan pertempuran akhirnya dimenangkan oleh Thariq, sedangkan Raja Roderick dari kerajaan Visigoth tewas dalam pertempuran tersebut. Selanjutnya kota demi kota Toledo, Elvira, Granada, Cordoba dan Malaga ditaklukkan. Antara musim semi dampai musim panas tahun 711 H, Thariq telah berhasil menguasai separuh wilayah Andalusia.
Betapa kata-kata mempunyai kekuatan yang sangat dahsyat. Dengannya seseorang dapat mengobarkan semangat sehingga menumbuhkan kekuatan untuk melawan 100.000 jumlah pasukan musuh meskipun mereka sendiri berjumlah puluhan kali lebih sedikit.
Sabtu, 21 April 2012
(Puisi) L A R A
( Koleksi 25 Maret 2005 )
Lara...
Tak terhitung datang mendera
Seraut wajah yang tersamar oleh waktu
Mencambuk keras ulu hatiku
Mengikis habis akalku
Mengalirkan butir keangkuhanku
(PUISI) *** TERAPUH*****
Jumat, 23 Maret 2012
Melewati Rasa Frustasi
Dengan lelah dan lemah orang yang mau disebut 'penakluk' gunung itu tentunya harus berjuang sekuat tenaga untuk bisa sampai ke puncak. Setelah semuanya terlewati dan kaki berpijak pada tempat yang paling tinggi itu tentunya semua beban yang semula dirasa akan hilang. Tapi, pastinya dia tidak akan bermukim disana selamanya kan?. Dia akan kembali menuruni gunung itu dengan perasaan lebih puas karena telah berhasil melewati tantangan ekstrim baginya, meskipun perjalanan untuk turun kembali pun tidak mudah.
Langganan:
Postingan (Atom)